Menyusun Teks Cerita Moral (Fabel)

by
Menyusun Teks Cerita Moral (Fabel)

Menangkap Makna Teks Moral/Fabel

Perhatikan teks berikut.

Hiu dan Lumba-Lumba

 

Hiu dan lumba-lumba mempunyai perangai yang berbeda, namun mereka tetap bersahabat. Hiu dikenal mempunyai sifat serakah, ganas, dan kejam. Sifat hiu berlawanan dengan sifat lumba-lumba yang penyabar dan bijak, karena bersahabat, mereka selalu mencari makan bersama-sama.

Suatu hari, mereka beriringan mencari makan di lautan yang dalam. Lumba-lumba senang memangsa ikan-ikan yang kecil, sedangkan hiu lebih suka memangsa ikan-ikan yang besar. Hiu memang mempunyai nafsu makan yang luar biasa. Walaupun telah mendapat ikan yang besar sekalipun, kadang hiu masih suka menangkap mangsa lain. Namun, tidak jarang pula hiu tidak menghabiskan mangsanya karena kekenyangan.

Ketika sampai di sebuah tempat, mereka segera mengejar-ngejar mangsa yang berada di sekitarnya. Hiu dengan buasnya melahap ikan-ikan yang besar, sedangkan lumba-lumba memang tidak berminat memakan ikan-ikan yang besar walaupun sebenarnya mudah didapat.

Tanpa sepengatahuan hiu dan lumba-lumba, tiba-tiba sebuah perahu nelayan berada tepat di atas mereka. Di atas perahu itu, tampak dua orang nelayan yang akan menjaring ikan. Tidak lama kemudian, kedua nelayan itu pun menebarkan jaring-jaring perangkapnya. Hiu yang sedang bernafsu memangsa ikan besar terkejut melihat jaring-jaring yag ditebarkan nelayan itu. Dengan gerakannya yang cepat, hiu dapat melesat dan menghindari jaring-jaring itu.

“Awas, lumba-lumba! Ada jaring perangkap!” teriak hiu memperingatkan lumba-lumba. Namun sayang, karena gerakan ikan lumba-lumba tidak cepat, ia terperangkap.

“Tolong aku, hiu! Aku terperangkap!” jerit lumba-lumba meminta tolong.

Hiu mencoba memberikan pertolongan. Dengan gigi-giginya yang tajam, ia berusaha memutuskan tali jaring-jaring perangkap itu. Namun, usahanya sia-sia karena kedua nelayan itu segera menarik jaring perangkapnya. Dengan sekuat tenaga, perlahan-lahan hasil tangkapan itu dapat ditarik.

 

Kutipan fabel di atas bercerita tentang persahabatan hiu dan lumba-lumba. Makna di balik fabel itu adalah persahabatan yang terjalin oleh dua hewan yang sangat berbeda. Dengan begitu, kita dapat mengatakan bahwa amanat fabel tersebut adalah “jangan jadikan perbedaan sebagai halangan persahabatan”. Ketika menangkap makna fabel, otomatis kita akan menyingkap amanatnya pula. Hal ini disebabkan makna fabel sangat erat kaitannya dengan amanat karena inti fabel adalah amanat (pesan moral).

 

Menyusun Teks Moral/Fabel

Secara umum, teks moral/fabel dapat ditulis dengan membuat bagian-bagian berikut.

  1. Eksposisi, yaitu penggambaran latar, situasi, dan tokoh utama.
  2. Komplikasi, yaitu peristiwa yang menggambarkan konflik meningkat.
  3. Klimaks, yaitu titik minat tertinggi dalam konflik.
  4. Penyelesaian, yaitu penggambaran akhir konflik.
  5. Amanat, yaitu pesan moral sebagai penutup, dapat bersifat tersurat ataupun tersirat.

 

Menelaah dan Merevisi Teks Moral/Fabel

Kegiatan menelaah dan merevisi teks disebut juga menyunting. Menyunting adalah memperbaiki karangan berdasarkan kaidah-kaidah yang benar. Kaidah ini meliputi ejaan tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, sistematik penyajian, ketebacaan, dan kebenaran konsep. Tujuan penyunting adalah menyiapkan suatu karangan supaya lebih baik dan menghilangkan kesalahan yang mungkin ada dalam karangan tersebut.

Perhatikan kalimat berikut.

Ikan hiu dan lumba-lumba mempunyai perangai yang berbeda, tetapi kalian tetap bersahabat.

Ada beberapa kesalahan yang harus disunting pada kalimat di atas. Pertama, kan hiu dan lumba-lumba harusnya Hiu dan lumba-lumba, kata ikan tidak perlu ditulis karena hiu sudah pasti ikan, dan lumba-lumba bukan ikan, melainkan mamalia air. Tanda hubung pada kata lumba-lumba juga harus ditulis serangkai (tanpa spasi. Kesalahan berikutnya adalah kata ganti kalian seharusnya mereka.

 

Meringkas Teks Moral/Fabel

Meringkas teks moral/fabel juga sering disebut membuat sinopsis. Sinopsis merupakan bentuk ringkas suatu karya yang dibuat untuk memicu pembaca untuk membaca versi utuhnya. Unsur intristik dan ide utama dalam sinopsis tetap dipertahankan. Namun, keindahan gaya bahasa, deskripsi, dan detail-detail kecil dihilangkan. Jumlah halaman dalam sinopsis dibatasi, misalnya hanya 1-2 halaman atau sepersepuluh halaman aslinya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sinopsis adalah sebagai berikut.

  1. Membaca naskah asli dengan saksama untuk menangkap gagasan utama penulis.
  2. Menandai bagian-bagian penting yang membentuk karya itu.
  3. Membuat ringkasan awal berdasarkan bagian-bagian penting yang telah ditandai. Kalimat yang digunakan hendaknya efektif dan menarik. Kalimat harus dapat mewakili rangkaian jalan cerita aslinya.
  4. Percakapan cukup ditulis bagian yang sangat penting saja.
  5. Sinopsis tidak boleh mengungkap kejutan-kejutan atau akhir cerita. Hal ini dilakukan agar pembaca tetap dapat menikmati karya itu. Hingga tuntas.

Perhatikan contoh ringkasan dari fabel “Hiu dan Lumba-Lumba” berikut.

Hiu dan lumba-lumba ada dua sahabat yang berbeda perangai. Lumba-lumba penyabar da bijak, sedangkan hiu serakah dan ganas. Suatu hari, hiu dan lumba-lumba sedang mencari ikan bersama. Hiu selalu mencari ikan-ikan besar untuk dimakan, sedangkan lumba-lumba selalu mencari ikan kecil. Tiba-tiba, datang perahu nelayan dan mencoba menangkap hiu dan lumba-lumba. Hiu dapat menghindar, tetapi lumba-lumba tertangkap. Hiu berusaha menolong sahabatnya itu, namun gagal. Bagaimanakah nasib mereka selanjutnya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *