Korupsi-Korupsi Kecil Yang Sering Kita Lakuin Tanpa Sadar

by
Korupsi-Korupsi Kecil Yang Sering Kita Lakuin Tanpa Sadar

Apa yang terlintas di pikiran kita ketika ngedenger kata korupsi? Tentu hal-hal yang berhubungan dengan kejahatan, merampas hak milik orang lain, sama ketidakadilan. Pelakunya, koruptor, identik sama kata ‘tikus’ sejak lagu Tikus-Tikus Kantor dipopulerin sama Iwan Fals. Alesannya, tikus adalah hewan kotor dan perusak, sekaligus jadi hama buat para petani. Belum lagi, belakangan ini publik sempet dibikin heboh sama kasus korupsi KTP elektronik yang dampaknya bisa kita rasain langsung.

 

Sadar nggak sih, wujud korupsi ternyata nggak harus hal-hal sebesar penggelapan uang. Pelakunya pun nggak harus pejabat negara yang punya dampak besar ke masyarakat. Tanpa kita sadarin, jangan-jangan kita juga pernah jadi koruptor di keseharian kita. Gogirl! memetakan korupsi-korupsi kecil apa aja yang pernah kita lakuin biar kita nggak mengulang kesalahan yang sama di masa depan. Simak, yuk!

 

NYONTEK PAS ULANGAN

Bentuk korupsi kecil yang sering kita denger di kampanye-kampanye cegah korupsi adalah mencontek. Kedengerannya sepele, karena pada beberapa kasus, mencontek justru dianggap sebagai hal lumrah dengan mengatasnamakan solidaritas. Tapi, di balik perilaku mencontek, ada waktu, pikiran, skill, dan tenaga orang lain yang kita korupsi. Nantinya, nilai yang kita dapetin punya value yang sama dengan memakai uang rakyat hasil dikorupsi buat memuhi kebutuhan pribadi.

 

MENGUTIP TANPA MENCANTUMKAN SUMBER

Dalam kaidah bahasa Indonesia, pengutipan punya metodenya dan tekniknya tersendiri. Kita wajib mempelajari ini saat mengutip karya orang lain buat kepentingan kita sendiri. Sebagai contoh, kita butuh pernyataan orang lain, cuplikan teori, atau potongan adegan dalam suatu karya fiksi buat dicantumin di tugas makalah kita. Kalo kita nggak nyantumin sumber utamanya, kita sama aja kayak plagiator yang mengakui suatu karya sebagai karya kita. Bukankah itu artinya kita udah mengorupsi buah pemikiran orang lain?

 

TELAT DATANG PAS JANJIAN

Jangan remehin pepatah ‘waktu adalah uang’, terutama kalo janjian sama temen di suatu tempat. Apalagi kalo janjiannya dibuat dengan tujuan ngobrolin project kelompok yang lagi digarap. Ketika kita datang telat, kita udah mengorupsi waktu yang dibuang orang lain buat nungguin kita. Bayangin, orang itu bisa aja menghasilkan sesuatu yang produktif selama masa tunggu. Hal produktif yang dia lakuin itu bisa jadi merupakan sesuatu yang menghasilkan uang, iya nggak?

 

MINJEM UANG TAPI NGGAK DIBALIKIN

Kalo minjem uang dalam jumlah besar, mungkin kita nggak mungkin nggak mengembalikan uang tersebut ke temen kita. Tapi, kalo kita minjemnya dalam jumlah kecil, kita pasti bakal nganggep itu sebagai hal yang lumrah dan biasa. Misalnya, kita terpaksa minjem uang pecahan seribuan ketika di dompet kita cuma ada uang dalam pecahan besar. Karena cuma seribu, temen kita pun ngerasa nggak enak nagih utang kita. Tapi, coba deh inget-inget seberapa sering kita minjem uang recehan ke temen-temen kita. Kalo semua jumlahnya dikumpulin, mungkin cukup buat beli mie bakso satu porsi.

 

MINJEM BARANG TAPI NGGAK DIBALIKIN

Suatu hari, kita kepaksa minjem barang ke temen, entah itu buku, pulpen, gunting, flashdisk atau baju. Tapi, karena satu dan lain hal, kita kepaksa harus nunda ngembaliin barang yang kita pinjem tersebut. Saking lamanya nunda, kita sampe lupa mengembalikan barang itu ke temen kita. Ditambah lagi temen kita pun nggak kunjung nagih barang tersebut ke kita, entah karena merasa gengsi atau nggak enak. Lama kelamaan, barang tersebut seolah-olah jadi hak milik kita. Padahal, kita nggak pernah tau cerita di balik kepemilikan barang tersebut. Bisa jadi temen kita udah nabung susah payah buat mendapatkan barang tersebut, atau barang tersebut nyimpen kenangan tersendiri buat dia. Kalo kita nggak mengembalikan , bukankah itu artinya kita udah korupsi dari dia?

 

MENGANTONGI UANG LEBIH DARI ORANG TUA

Pas kita keluar rumah, kita dititipin suatu barang sama orang tua. Setelah barang tersebut kita beli, ternyata masih ada sisa dari uang yang dititpin orang tua. Karena jumlahnya nggak banyak, kadang tangan kita suka gatel buat make atau nyimpen uang tersebut. Ya, itung-itung jadi upah kita, deh. Sebenernya tindakan ini nggak salah selama kita bilang jujur ke orang tua kalo uang sisanya kita pake. Tapi, kalo kita nggak bilang bukannya tindakan ini jadi sama kayak ‘memanipulasi’ harga barang titipan tersebut?

 

BIKIN PROJECT TAPI NGGAK DISELESAIIN

Ini adalah penyakit yang biasanya dialamin anak-anak muda kreatif zaman sekarang. Punya ide bagus buat menjalankan suatu project, udah merekrut banyak temen buat jadi partner, perencanaan udah mateng, eksekusi udah lebih dari 50%, tapi pada akhirnya project tersebut malah nggak selesai. Project yang dimaksud di sini bisa project sosial, project berkarya, atau bahkan project usaha. ‘Selesai’nya si project ini pun nggak terjadi atas kesepakatan bersama, melainkan alesan-alesan yang sebenernya nggak bisa ditolerir: anggota kelompok yang nggak solid atau jadwal yang susah disamain. Kalo diakumulasiin, kira-kira udah berapa banyak tenaga, pikiran, dan uang yang terbuang percuma kalo kita nyerah sama group project semacam ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *